Halaman

Selamat Datang...

Bersama... Kita Menuju yang Lebih Baik.
Sahabatku di mana saja berada, blog sederhana ini sengaja dibikin untuk mengisi senggang hari saya. Menuang rasa, pikir, dan tindak, serta sedikit hasil kerja jurnalistik saya yang akan dan pernah dimuat di Tabloid HabarSULA dan media lainnya. Obyektifitas karya bukanlah hal gampang, tapi kebersamaan dan keikhlasan berbagi adalah fasilitas terindah menuju yang terbaik, bahkan sempurna di mata manusia. Di Tahun 2014 nanti, atas dukungan para pihak dan pemikiran secara jernih, bahkan telah memperhitungkan resiko dan dampak "menjadi" atas impian ke ruang politik, beta juga berkeyakinan akan mencalonkan diri sebagai Calon Anggota DPRD Provinsi Maluku Utara yang diusulkan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saran, kritik dan pendapat sangat beta harap dari Sahabatku Terkasih. Selamat Datang... Selamat Bergabung...

Senin, 26 Agustus 2013

Duga Korupsi Vs Korupsi

Muh. Husni Sapsuha - Edho
"Dia Korupsi..," teriak seorang kawan di sela-sela hajatan demonstrasi di Simpang Tiga Petak 10 Sanana. Jalan utama Kota Sanana yang sempit itu memang strategis untuk ber'hajat. Letak di pusat belanja dan BRI itu memang tepat untuk memperdengarkan sesuatu kepada khalayak.  Tudingan korupsi dan sumpah serapah mengalir, menggelombang dari seperangkat sound-system di terik siang itu.

Beta sengaja menikmati adegan demo yang "wah" itu. Meski peserta aksi sedikit, tapi gema-nya boleh, -untuk kota se-kelas Sanana. "Dia Korupsi...," demikian yang beta dengar. Bermacam-lah. Wacana ini setidaknya sudah jadi cerita saban masa, sejak 2005 lalu. AHM, Bupati Kepulauan Sula dikabarkan sebagai pelaku korupsi, namun entah... pembuktian tak kunjung mengucap salam.


Terakhir... ada pula tudingan, kalau lambatnya proses hukum dugaan korupsi di Kepulauan Sula ini karena 'main-main' di ruang penegak hukum. Betulkah? Masihkah penegak hukum berani di ruang yang serba terbuka ini. Makanya, beta berasumsi bahwa tidaklah mungkin itu terjadi.

Persoalan korupsi adalah ikhwal hukum, diselesaikan oleh aparat hukum, dan setiap soal yang muncul tentu punya konsekuensi hukum. Lantas mengapa kita berteriak? Bagaimana pula kita memastikan prilaku korup itu sudah terjadi tanpa diikuti bukti hukum yang kuat? bisakah ini beta bilang "teriakan sensasi"????

Hehehe... Sahabatku... bendungan terkadang ambruk ketika debit air melebihi kapasitasnya. Biarlah air ber-alir hingga jauh ke hilir-nya. Janganlah pangkas hutan itu, jika hanya untuk mengusir babi yang ada di balik semak. Biarlah hutan menghijau, karena sungai ingin menampakkan orkestra dan irama keabadiannya. Yakinlah... hukum alam tetap belaku, sekarang dan selamanya.

Waallahul'alam.....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.