SANANA – Ketua STAIN
Ternate DR.
Abd. Rahman Ismail Marasabessy mewisuda 141 mahasiwa Program Khusus Keguruan
STAIN Ternate Kelas Sanana,
yang
bertempat di Aula Madrasah Aliyah Negeri Sanana, Senin (6/2). Wisuda ini dihadiri Wakil Bupati Kepulauan Sula
Hi Safi Pauwah, SH dan muspida lainnya, termasuk kepala Kantor Departemen Agama
Kabupaten Kepulauan Sula.
Ketua STAIN Ternate, DR. Abd. Rahman
Ismail Marasabessy dalam sambutannya mengatakan, mahasiswa yang diwisuda ini
merupakan guru-guru Pendidikan Agama
Islam (Pendais) di sekolah umum maupun guru-guru Pendais di madrasah-madrasah. “Ini merupakan bagian dari amar
putusan Undang-Undang (UU) Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas),
Undang-Undang (UU) guru dan Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan Nasional yang
sekarang sudah menjadi Peraturan Menteri Pendidikan Nasional,” Abd. Marasabessy.
Setiap pengajar tingkat satuan
pendidikan dasar maupun tingkat menengah itu harus memiliki kualifikasi lulusan
Sarjana atau Strata I, bukan lagi dari lulusan Diploma (D3), sehingga pihaknya
mencoba untuk meningkatkan status dari para mahasiswa lulusan ini dari Diploma
(D3) menjadi Starata I (S1).
Pendidikan itu sebenarnya adalah
pintu gerbang pencitraan bagi anak bangsa, jadi boleh saja orang berbicara
tentang perubahan prilaku, tapi tidak bisa melalui pendidikan to home atau di rumah, sehingga
munculnya lembaga pendidikan formal dan non formal guna mengimbangi kepentingan
publik tentang
generasi-generasi yang benar-benar memiliki tingkat IQ atau kecerdasan.
“Apalagi negara Indonesia secara
jujur kita akui adalah negara yang kenyataannya berada pada posisi penyimpangan yang tidak
menguntungkan. Nah, untuk pengembangan sumber
daya khususnya bagi guru tersebut adalah yang tidak bisa ditawar-tawar lagi,” jelasnya Marasabessy.
Lebih jauh Marasabessy menyatakan pentingnya pembenahan terhadap pelaku
pendidikan itu seperti eksistensi guru dan tata kelolanya, sehingga guru betul-betul menghasilkan sesuatu yang
bermutu
mutu dan terukur.
“Saya ingin sampaikan, bahwa kalau dahulu orang
menganggap yang memberikan pendidikan keagamaan merupakan orang-orang yang peduli. Sekarang, ini sudah tidak lagi, tapi
betul-betul orang yang harus terdidik, sehingga tidak memunculkan keragaman
yang berujung pada munculnya aliran keagamaan yang aneh, yang tidak diinginkan oleh publik, jelas
Marasabessy.(edho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.