Halaman

Selamat Datang...

Bersama... Kita Menuju yang Lebih Baik.
Sahabatku di mana saja berada, blog sederhana ini sengaja dibikin untuk mengisi senggang hari saya. Menuang rasa, pikir, dan tindak, serta sedikit hasil kerja jurnalistik saya yang akan dan pernah dimuat di Tabloid HabarSULA dan media lainnya. Obyektifitas karya bukanlah hal gampang, tapi kebersamaan dan keikhlasan berbagi adalah fasilitas terindah menuju yang terbaik, bahkan sempurna di mata manusia. Di Tahun 2014 nanti, atas dukungan para pihak dan pemikiran secara jernih, bahkan telah memperhitungkan resiko dan dampak "menjadi" atas impian ke ruang politik, beta juga berkeyakinan akan mencalonkan diri sebagai Calon Anggota DPRD Provinsi Maluku Utara yang diusulkan oleh Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Saran, kritik dan pendapat sangat beta harap dari Sahabatku Terkasih. Selamat Datang... Selamat Bergabung...

Senin, 12 Maret 2012

Ustadz Otsman : Maulid Sebagai Media Refleksi Keimanan


Ust. Otsman Syihab
SANANA – Keteladanan Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi panutan dan pedoman hidup setiap muslim. Memperingati Hari Kelahiran Nabi merupakan aktifitas luhur mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasul. Jika dengan mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama, tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad SAW".
Demikian Ustad H. Otsman Syihab dalam ceramah dan hikmah Peringatan Maulid Nabi bertajuk Maulid sebagai Media Refleksi Nilai-nilai Uswatun-
Hasanah Menuju Persatuan dan Kesatuan Umat yang diselenggarakan Tim Penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten Kepulauan Sula, di Halaman Utara Istana Daerah Dad Hia Ted Sua, Sanana, Selasa (7/2).

Menurut Otsman, banyak kaum muslimin yang menganggap sepeleh dengan moment Maulid yang saban tahun diperingati sebagian ummat Islam. Hal ini karena sebagian dari kaum muslimin belum dan atau terkesan tak peduli dengan hikmah maulid itu sendiri. Padahal, keluhuran pekerti Islami tercermin dari keseharian Nabi Muhammad SAW.“Momen seperti inilah, akan mengasah dan mengajak kita untuk lebih mendalami makna kenabian, sekaligus makin menumbuhkan rasa cinta dan suka-cita atas kelahiran seorang manusia agung yang telah menjadi panutan seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Mencintai Nabi Muhammad SAW, berarti kita merasa selalu butuh untuk melaksanakan perintah dan menjauhkan diri kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala,” jelas Otsman.
Di dalam al-Shahih disebutkan, kata Otsman, Amirul Mukminin Umar bin al-Khathab Radhiyallahu 'Anhu berkata "Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda kepadanya, "Tidak, wahai Umar, sehingga aku lebih engkau cintai daripada dirimu sendiri." Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai daripada segala sesuatu sehingga daripada diriku sendiri." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menyahut, "Sekarang (baru benar) wahai Umar."
“Maka dari sini diketahui, mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bukan urusan nomor dua atau suatu pilihan, yakni jika seseorang mau mencintainya maka ia boleh mencintainya dan jika tidak mau maka tidak apa-apa. Tetapi mencintai Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah kewajiban atas setiap muslim yang menjadi inti keimanan. Kecintaan kepada beliau ini haruslah lebih kuat daripada kecintaan terhadap apapun, sampai kepada diri sendiri,” papar Otsman.
Sedangkan bukti kecintaan kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam, tambah Otsman, adalah dengan mengikuti sunnahnya, taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Mengambil setiap yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam berikan dari urusan dien ini dan meningalkan apa yang dilarang. Sehingga seorang pecinta Nabi akan membenarkan setiap yang beliau beritakan, mentaati apa yang beliau perintahkan, meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang disyariatkannya.
Sementara itu, Bupati Kepulauan Sula Ahmad Hidayat Mus, dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat, bagi yang muslim, untuk selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, memaknai keseharian nabi Rasulullah dalam pergaulan dan keseharian, serta menjadikan figur Rahmatan Lil ‘Alamin sebagai pedoman hidup.
“Momen ini sangatlah tepat bagi kita untuk sejenak merefleksikan diri, sejauh mana yang telah kita perbuat dalam memenuhi kebutuhan hidup di dunia, dan seperti apakah upaya kita menyiapkan diri ketika kita dipanggil oleh Sang Pencipta. Maulid bukan sekadar diperingati, mendengar ceramah, tapi lebih dari itu, kita wajib berupaya lebih mengenal sosok panutan hidup kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW,” ujar Bupati AHM.(edho)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.