Ust. Otsman Syihab |
SANANA
– Keteladanan Nabi Muhammad SAW hendaknya menjadi panutan dan pedoman hidup
setiap muslim. Memperingati Hari Kelahiran Nabi merupakan aktifitas
luhur mengingat kembali diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasul. Jika dengan
mengingat saja kita bisa mendapatkan semangat-semangat khusus dalam beragama,
tentu ini akan mendapatkan pahala. Apalagi jika peringatan itu betul-betul
dengan niat "sebagai bentuk rasa cinta kita kepada Nabi Muhammad
SAW".
Demikian Ustad H. Otsman Syihab dalam
ceramah dan hikmah Peringatan Maulid Nabi bertajuk Maulid sebagai Media
Refleksi Nilai-nilai Uswatun-
Hasanah Menuju Persatuan dan Kesatuan Umat yang
diselenggarakan Tim Penggerak PKK dan Dharma Wanita Persatuan Kabupaten
Kepulauan Sula, di Halaman Utara Istana Daerah Dad Hia Ted Sua, Sanana, Selasa
(7/2).
Menurut Otsman, banyak kaum muslimin yang
menganggap sepeleh dengan moment Maulid yang saban tahun diperingati sebagian
ummat Islam. Hal ini karena sebagian dari kaum muslimin belum dan atau terkesan
tak peduli dengan hikmah maulid itu sendiri. Padahal, keluhuran pekerti Islami
tercermin dari keseharian Nabi Muhammad SAW.“Momen seperti inilah, akan mengasah
dan mengajak kita untuk lebih mendalami makna kenabian, sekaligus makin
menumbuhkan rasa cinta dan suka-cita atas kelahiran seorang manusia agung yang
telah menjadi panutan seluruh makhluk ciptaan Allah SWT. Mencintai Nabi
Muhammad SAW, berarti kita merasa selalu butuh untuk melaksanakan perintah dan
menjauhkan diri kita dari hal-hal yang dilarang oleh Allah Subhanahu Wata’ala,”
jelas Otsman.
Di dalam
al-Shahih disebutkan, kata Otsman, Amirul Mukminin Umar bin al-Khathab Radhiyallahu 'Anhu berkata
"Wahai Rasulullah, demi Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku
cintai daripada segala sesuatu kecuali diriku." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
bersabda kepadanya, "Tidak, wahai Umar, sehingga aku lebih engkau cintai
daripada dirimu sendiri." Lalu Umar berkata, "Wahai Rasulullah, demi
Allah sungguh engkau adalah orang yang paling aku cintai daripada segala
sesuatu sehingga daripada diriku sendiri." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam
menyahut, "Sekarang (baru benar) wahai Umar."
“Maka dari
sini diketahui, mencintai Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam bukan urusan nomor dua atau suatu pilihan, yakni
jika seseorang mau mencintainya maka ia boleh mencintainya dan jika tidak mau
maka tidak apa-apa. Tetapi mencintai Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam adalah kewajiban atas setiap muslim yang menjadi
inti keimanan. Kecintaan kepada beliau ini haruslah lebih kuat daripada
kecintaan terhadap apapun, sampai kepada diri sendiri,” papar Otsman.
Sedangkan
bukti kecintaan kepada beliau Shallallahu
'Alaihi Wasallam, tambah Otsman, adalah dengan mengikuti sunnahnya,
taat dan berpegang teguh pada petunjuknya. Mengambil setiap yang beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam
berikan dari urusan dien ini dan
meningalkan apa yang dilarang. Sehingga seorang pecinta Nabi akan membenarkan
setiap yang beliau beritakan, mentaati apa yang beliau perintahkan,
meninggalkan apa yang beliau larang, dan tidak beribadah kepada Allah kecuali
dengan apa yang disyariatkannya.
Sementara itu, Bupati Kepulauan Sula
Ahmad Hidayat Mus, dalam sambutannya mengajak seluruh masyarakat, bagi yang
muslim, untuk selalu meningkatkan keimanan kepada Allah SWT, memaknai
keseharian nabi Rasulullah dalam pergaulan dan keseharian, serta menjadikan
figur Rahmatan Lil ‘Alamin sebagai
pedoman hidup.
“Momen ini sangatlah tepat bagi kita
untuk sejenak merefleksikan diri, sejauh mana yang telah kita perbuat dalam
memenuhi kebutuhan hidup di dunia, dan seperti apakah upaya kita menyiapkan
diri ketika kita dipanggil oleh Sang Pencipta. Maulid bukan sekadar diperingati,
mendengar ceramah, tapi lebih dari itu, kita wajib berupaya lebih mengenal
sosok panutan hidup kita Nabi Muhammad Rasulullah SAW,” ujar Bupati AHM.(edho)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.